Empati kita diuji

Setiap kali hendak pergi mendaki gunung, saya dan teman-teman sering merasa tertantang.. .Mengapa? karena kami hendak meninggalkan kenyamanan yang ada di kota..kami akan pergi jauh dari rumah.Ada hal yang menarik disini, naik angkutan umum, berdesak-desakan dengan para penumpang lain,tidak jarang harus berdiri berjam-jam dan pindah dari satu bus ke bus yang lain.lalu sampai di daerah pedesaan, harus menumpang pick up dan duduk bersama dengan ibu-ibu yang hendak pergi ke pasar...sesampai di desa, kami berjumpa dengan orang-orang desa, para petani, pengangkut kayu, atau para penambang, yang dengan ramah menyapa kami...dari pengalaman seperti inilah, refleksi mengenai keberpihakan kepada mereka yang 'miskin' akan saya awali..

Kemiskinan dan kerusakan ada di mana-mana..hal ini menjadi tanda bahwa ada banyak hal yang harus kita benahi bersama. Tanda bahwa apa yang diciptakan Tuhan baik adanya, telah dirusakkan.. .tanda pula bahwa Tuhan sampai dengan saat ini masih terus bekerja demi kebaikan ciptaan-Nya. ..

Siapakah mereka yang 'miskin'? Mereka yang miskin adalah yang tidak diperhatikan, kaum minoritas, yang seringkali kalah, atau menjadi korban dari penindasan dan system, banyak dari mereka yang harus berjuang untuk bisa makan paling tidak dua kali sehari..Mereka ini adalah para penumpang yang kami jumpai di dalam bus..mereka ini adalah para petani, ibu-ibu penjual sayur, pengangkut kayu dan para penambang.mereka ini adalah Bumi yang kita tempati dan ekploitasi secara tidak bijak..

Jika suatu saat anda sempat membaca Koran, khususnya mengenai bencana-bencana, mungkin anda akan terhenyak seperti saya, TERNYATA, banyak dari mereka yang menjadi korban adalah mereka yang 'miskin': yang tinggal di pinggir sungai, di pinggir rel kereta api, atau di daerah-daerah rawan longsor..realitas ini sekali lagi, harus menjadi pendorong agar usaha dan arah hidup kita perlu diarahkan kepada mereka yang lemah.. keberpihakkan dan kepada mereka yang 'miskin' dan solidaritas harus dibangun dalam hati..Tidak cukup hanya kata-kata, tetapi cinta harus terwujud pula dalam tindakan nyata kepada mereka yang miskin..

Semangat Keberpihakan dan Solidaritas ini dibentuk melalui persentuhan dengan mereka yang sakit. perjumpaan dengan mereka yang ditindas,.. Interaksi dengan mereka yang tidak bersuara (voice of the voiceless).. Interaksi seperti ini bukankah sering kita alami ketika kita pergi meninggalkan tempat tinggal kita untuk berjumpa dengan gunung, sungai,bukit, hutan, dan desa-desa... ..

Perjumpaan dengan mereka memungkinkan kita untuk berempati. Merasakan apa yang mereka rasakan.sehingga dengan demikian hati kita tergugah untuk bertindak..

Mencoba membangun preferential for the poor berarti pula membangun semangat 'mencemplungkan' diri ke dalam dunia.. Meninggalkan kemapanan, turun dari 'dunia kita' dan masuk ke dalam 'dunia mereka'...merendahk an diri agar bisa berjumpa dengan mereka dan lalu mengangkat mereka agar setara dengan kita

Nah, sekarang pertanyaannya: apakah kita sudah mulai mengarahkan hati dan
tindakan kita kepada mereka yang 'miskin'?

Semoga, petualangan kita-peziarahan kita-penelusuran yang kita buat, memampukan diri kita untuk semakin mencinta mereka yang 'miskin'....


4 komentar:

Theresia Maria mengatakan...

Mendaki gunung buat mengenal lebih deket sodara2 kita lainnya ya.....setuju...!

Lawyer in Jakarta mengatakan...

Memang masyarakat di Indonesia wajib bahu membahu untuk membantu fakir miskin, karena UUD 45 yang mengatakan "fakir miskin dan anak terlantar akan dipelihara oleh negara" tidak berjalan dengan efektif.

rumah dijual mengatakan...

ya kan ada istilahnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin...

Berita Euro 2016 mengatakan...


Login Klik4d
Laga Ayam
Sabung Sport
Alternatif sbobet
Daftar Maxbet
Berita Euro 2016
Daftar Maxbet
Mobile Sbobet
Daftar Sbobet Casino
Sbobet Rupiah
Asiapoker
Daftar s1288

Design by Kingdom of Heaven